MENGUPAYAKAN KEDAMAIAN
Kejadian 13:1-7, 14-18
Setiap orang, setidaknya satu kali
seumur hidupnya pasti pernah berkonflik dengan orang lain. Sayangnya tidak
semua orang memiliki kemampuan mengelola konflik dengan baik sehingga terkadang
menyebabkan pertikaian bertahun-tahun. Dalam mengelola konflik, seseorang harus
merespons dengan benar, tenang, dan tetap menghormati orang lain.
Sikap demikianlah yang ditunjukkan
Abraham saat ia merasakan suasana menegangkan antara gembalanya dan gembala
keponakannya, Lot. Permasalahannya, negeri yang selama ini mereka diami sudah
tidak cukup luas untuk mereka tinggali bersama. Kebutuhan air dan makanan tidak
cukup untuk semua domba mereka. Sebagai seorang paman, Abraham bisa saja ingin
lebih dihormati oleh Lot. Namun Abraham memandang relasi persaudaraan mereka
lebih penting dari hartanya. Itu sebabnya, Abraham menyuruh Lot memilih lebih dulu
tanah yang diingininya. Abraham memilih mengalah dan tidak mempertahankan
keuntungan diri sendiri, bahkan ia ingin mengerti apa yang Lot butuhkan.
Abraham mengupayakan kedamaian lebih dari segalanya.
Sahabat, sebagai anak-anak Tuhan,
kita juga dipanggil untuk mengupayakan kedamaian lebih dari segalanya. Itulah
yang dikatakan Kristus bahwa kita adalah terang dan garam dunia. Melalui
kehidupan kita, seharusnyalah damai surgawi dirasakan oleh sesama kita. Mari,
kita upayakan kedamaian sekuat tenaga kita dengan lebih memperhatikan
kepentingan sesama kita!
REFLEKSI: Ketika kita dengan kerelaan hati bersedia mengerti keadaan orang lain, maka persaudaraan kita akan tetap utuh.
